Albert Einstein seorang fisikawan asal Jerman yang sangat berpengaruh dalam perkembangan ilmu fisika, 1905 ketika ia berumur 25 tahun telah
mengemukakan sebuah teori yang terkenal dengan teori relativitas khusus. Disebut teori relativitas khusus, karena teori ini hanya berlaku untuk
kerangka acuan inersial (kerangka acuan yang diam atau bergerak dengan kecepatan konstan). Teori ini yang kemudian mengubah pandangan para
fisikawan terkait dengan konsep ruang dan waktu, menurut teori relativitas khusus ini ruang dan waktu tidak bersifat mutlak atau absolut
(tetap) tetapi bisa berubah jika bendanya bergerak dengan kecepatan yang mendekati kecepatan cahaya. Melalui teori relativitas khusus ini
ilmu fisika berkembang dengan pesat sehingga masa setelah di kemukakan teori ini oleh Einstein sering disebut fisika modern (masa sebelumnya
disebut dengan fisika klasik dimana benda bergerak dengan kecepatan jauh dibawah kecepatan cahaya, dengan Newton sebagai fisikawan paling populer
di masa ini).
Pada bab ini kita akan mempelajari bagaimana teori ini bisa muncul, fenomena apa yang tidak mampu dijelaskan oleh fisika klasik sehingga muncul teori
relativitas khusus, dan bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Relativitas Galileo
Hukum-hukum mekanika berlaku sama untuk semua kerangka acuan inersial
Untuk lebih memahami prinsip relativitas Galileo ini perhatikan ilustrasi berikut.
Gambar 1. Dua pengamat sedang mengamati lintasan bola ketika dilempar ke atas kemudian jatuh kembali, ternyata menghasilkan dua lintasan yang berbeda
(sumber: physics for scientists and engineers with modern physics)
Transformasi Galileo
Berdasarkan ilustrasi di atas, kita mengetahui bahwa dalam satu kejadian bisa diamati dari dua kerangka acuan yakni kerangka acuan yang diam
(orang diam di pinggir jalan) dan kerangka acuan yang bergerak (orang berada di atas bak truk).
Suatu kejadian dalam fisika terjadi dalam sistem koordinat 4 dimensi yakni koordinat ruang dan waktu (x, y, z, t) serta bisa diamati dari dua kerangka kejadian,
hubungan antara kedua kerangka acuan dan kejadian tersebut dapat dijelaskan menggunakan kerangka acuan inersial dalam satu gambar seperti berikut.
Gambar 2. Kejadian yang terjadi pada titik P. Kejadian ini di amati dari dua kerangka acuan yakni S dan S’, dimana S’ bergerak dengan kecepatan v relatif terhadap S.
x = x’ + vt, y = y’, z = z’, t = t’
persamaan di atas kita sebut sebagai transformasi Galileo untuk koordinat ruang dan waktu. Perhatikan bahwa waktu diasumsikan sama untuk kedua sistem koordinat. Sehingga
perubahan waktu yang terjadi untuk sistem koordinat S sama dengan perubahan waktu yang terjadi untuk sistem koordinat S’.
Jika titik P berpindah dalam arah sumbu x sebesar dx dalam selang waktu dt yang diamati dari kerangka acuan S, pada saat yang sama jika di amati dari kerangka acuan S’ maka titik P akan mengalami perpindahan sejauh dx’ maka kecepatan titik P
terhadap kerangka acuan S dan S’ dapat kita tentukan dengan menurunkan fungsi perpindahan terhadap waktu seperti berikut ini.
Dimana v merupakan kecepatan kerangka acuan S’ terhadap kerangka acuan S, dengan cara yang sama maka kita dapat memperoleh kecepatan titik P terhadap
sumbu y yakni u’y = uy dan
kecepatan titik P terhadap sumbu z yakni u’z = uz. secara lengkap transformasi galilleo untuk kecepatan adalah sebagai berikut
ux = ux’ + v, u’y = uy, u’z = uz
kecepatan cahaya
Diakhir tahun 1800, para fisikawan berpendapat bahwa, sekitar tahun 1964 seorang fisikawan dari MIT melakukan sebuah eksprimen untuk mempercepat
gerak elektron dengan cara memberikan gaya tolak kepada elektron tersebut. berdasarkan hasil percobaannya ternyata di menemukan bahwa gaya yang bekerja
pada elektron yang bergerak sangat cepat bertambah besar, maka energi kinetik elektron juga semakin besar, tetapi kecepatannya tidak bertambah secara
signifikan (perhatikan gambar 3).
Gambar 3. Titik pada grafik merupakan besarnya energi kinetik yang dimiliki oleh sebuah elektron terhadap kecepatannya. tidak peduli berapa besar energi yang diberikan kepada elektron (atau partikel lain yang bermassa), kecepatannya tidak pernah sama atau mencapai kecepatan mutlak “c”.
(sumber : “Fundamentals of Physics”)
Gambar 4. Sebuah pesawat yang begerak dalam kerangka acuan “A” yang juga bergerak dengan kecepatan konstan “v”
(sumber : Physics – Course Companion)
Sebuah pesawat luar angkasa yang begerak dengan kecepatan 0,7c dalam kerangka acuan A yang juga bergerak dengan kecepatan
0,6c searah dengan arah gerak pesawat. Jika seorang melihat dari bumi yang diam, maka berdasarakan transformasi Galileo kecepatan pesawat tersebut adalah
vp = uA + v
vp = 0,7c + 0,6c
vp = 1,3c
kecepatan pesawat tersebut tidak mungkin terjadi, karena tidak ada benda yang bergerak melebihi kecepatan cahaya. Hal ini merupakan kelemahan dari tranformasi Galileo.
Tranformasi Lorentz
Untuk menjawab permasalahan di atas, maka diperlukan suatu faktor koreksi yang mampu menyelesaikan fenomena di atas tanpa menyalahi hasil
eksperimen. Faktor koreksi ini disebut dengan Faktor Lorentz yakni
Bentuk transformasi Lorentznya adalah sebagai berikut
x = γ(x’ + vt), y = y’, z = z’, t’ = γ(t + vx/c2)
Tranformasi Lorentz untuk kecepatan dapat diturunkan Jika kita bagi persamaan (1) dan (2) makagambar 4c
Persamaan di atas masih mengikuti pada gambar 2 dengan
v’x = kecepatan benda pada kerangka acuan S’
vx = kecepatan benda pada kerangka acuan S
v = kecepatan S’ relatif terhadap S
untuk lebih memahami persamaan tersebut, perhatikan ilustrasi berikut ini!
Gambar 5. Dua pesawat yang bergerak di sekitar planet
Misalkan kita diminta untuk menentukan besar kecepatan pesawat A relatif terhadap planet maka perumusannya dapat ditulis Penting untuk dipahami dalam memaknai persamaan di atas, pertama Dalam penulisan kecepatan perhatikan indeksnyavAP merupakan kecepatan pesawat “A” terhadap planet
vAB merupakan kecepatan pesawat “A” terhadap pesawat “B”
vBP merupakan kecepatan pesawat “B” terhadap Planet
perhatikan pula peletakaan indeks pada bagian atas dari persamaan
B. 0,85c
C. 0,95c
D. 0,88c
E. 0,55c
Kunci jawaban : “B”
Dua benda bergerak dengan arah yang berlawanan dan kecepatan masing-masing ½ c dan ¼ c. Jika c = kecepatan cahaya, maka kecepatan benda pertama terhadap benda kedua sebesar ....
A. 0,750 c
B. 0,666 c
C. 0,500 c
D. 0,125 c
E. 0,250 c
Kunci jawaban : “B”
Pesawat angkasa Alfa berkecepatan 0,9 c terhadap bumi, jika pesawat Beta melewati pesawat Alfa dengan kecepatan relatif 0,5 c. Berapakah kecepatan pesawat Beta terhadap bumi?
Kunci jawaban : “0,97c”
Sebuah pesawat antariksa bergerak dengan kelajuan 0,85 c. seorang anak dalam pesawat tersebut menembakkan rudal dengan kelajuan 0,35 c searah dengan gerak pesawat.kecepatan rudal tersebut menurut pengamat di bumi jika berdasarkan relativitas Einstein adalah…
a. 0,48c
b. 0,82c
c. 0,88c
d. 0,92c
e. 0,99c
Kunci jawaban : “D”
Dua pesawat antariksa A dan B bergerak dengan arah berlawanan, seorang pengamat di bumi mengukur kelajuan pesawat A sebesar 0,75c dan kelajuan pesawat B adalah 0,85c. kelajuan pesawat A relative terhadap pengamat di bumi adalah…
a. 0,81c
b. 0,88c
c. 0,98c
d. 0,99c
e. 1,23c
Kunci jawaban : “C”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar