Gambar 1. Interferensi pada gelombang air
(sumber : University Physics with Modern Physics)
Interferensi gelombang dapat terjadi ketika gelombang di hasilkan dari dua
sumber yang koheren (kedua gelombang selalu memiliki beda fase yang tetap)
seperti yang terlihat pada gelombang air di atas. Interferensi pada
gelombang air memang mudah dilihat akan tetapi interferensi pada gelombang
cahaya susah untuk dilihat, hal ini dikarenakan cahaya yang merambat pada
medium yang sama tidak dapat dilihat.
Sekitar tahun 1800 seorang ilmuwan asal inggris Thomas Young mengawali
eksperimen untuk meneliti interferensi pada cahaya dengan melakukan
percobaan. Skema percobaan yang dilakukan oleh Young digambarkan seperti
berikut
Gambar 2. Skema percobaan interferensi cahaya celah ganda Thomas
Young
(sumber : University Physics with Modern Physics)
Pada gambar 2a, terlihat sebuah sumber cahaya monokromatis ditembakkan
melalui celah sempit (So) dengan lebar sekitar 1 μm,.
Namun, cahaya yang keluar dari celah ini tidak cocok untuk digunakan
dalam percobaan Inteferensi karena masih belum koheren. Oleh karena itu,
oleh Young cahaya yang keluar dari celah pertama di teruskan ke dua
celah selanjutnya (S1 dan S2) yang memiliki lebar sekitar 1 μm dan berjarak sepersepuluh atau
seperseratus μm. Muka gelombang yang keluar dari celah pertama berbentuk
Cylindrical kemudian menyebar hingga masuk ke celah ganda
S1 dan S2, gelombang cahaya yang masuk ke kedua celah ini memiliki fase yang
sama karena menempuh jarak yang sama dari celah pertama. Gelombang
cahaya yang keluar dari celah ganda juga akan tetap sefase, sehingga
celah ganda ini dapat disebut sebagai sumber cahaya yang koheren
sehingga cocok digunakan dalam percobaan interferensi gelombang cahaya.
Untuk memvisualisasikan hasil interferensinya, gelombang cahaya yang
keluar dari celah ganda kemudian ditangkap oleh layar sehingga
terbentuk pola gelap terang pada layar seperti yang terlihat pada
gambar paling kanan. Perhatikan gambar 2b yakni bentuk geometri dari
interferensi cahaya yang digunakan untuk menyederhanakan dalam
melakukan analisis interferensi cahaya pada titik P berkas cahaya yang
berkumpul akan lebih terang hal ini menandakan terjadinya interferensi
konstruktif dan di daerah sebelahnya terlihat lebih redup, hal ini
menandakan terjadinya interferensi destruktif.
kita asumsikan bahwa jarak R (di beberapa buku kadang jarak
celah ke layar diberi simbol “L”) dari celah ke layar jauh
lebih besar daripada jarak antara kedua celah d sehingga berkas
sinar-sinar yang keluar sangat mendekati sejajar (2c), hasil seperti
biasanya terjadi pada percobaan dengan cahaya, jarak antar celah yang
berkisar pada beberapa milimeter dibandingkan dengan jarak celah ke
layar yang berkisar beberapa meter atau lebih, sehingga perbedaan
panjang lintasan berkas sinar sesuai dengan persamaan
r2 – r1 = d sin θ ... (1)
dimana θ merupakan sudut antara berkas sinar yang keluar dari
celah dengan jarak celah ke layar (gambar 2c).
Interferensi konstruktif dan destruktif pada celah ganda
Sebelum masuk ke penjelasan interferensi konstruktif dan destruktif
pada celah ganda, mari kita sejenak mengingat kembali bagaimana proses
terjadinya interferensi konstruktif maupun destruktif pada gelombang.
Perhatikan gambar berikut.
Gambar 3. Interferensi pada gelombang bunyi
(sumber : University Physics with Modern Physics)
Gambar 3 menunjukkan dua buah sumber gelombang
S1 dan S2 memancarkan gelombang
dengan amplitudo dan panjang gelombang (λ) yang sama, serta
fase yang konstan. misalkan kita meninjau sebuah titik a yang berada
pada sumbu x dengan jarak yang sama dari kedua sumber
gelombang (gambar 3a). Jika gelombang yang dihasilkan oleh kedua
sumbernya memiliki amplitudo, panjang gelombang dan fase yang sama
ketika gelombang meninggalkan kedua sumber adalah sefase, maka
gelombang tersebut akan tiba di titik a dalam waktu yang sama dan
tetap sefase. Sehingga amplitudo total di titik a akan menjadi dua
kali amplitudo awalnya karena terjadi interferensi dari kedua
gelombang tersebut. Hal tersebut berlaku juga untuk semua
area.
Sekarang kita perhatikan gambar 3b, terlihat bahwa jarak dari
sumber ke dua (S2) ke titik b lebih panjang 2λ dari pada jarak dari sumber kedua
(S2) ke titik b. Hal ini
menyebabkan sebuah puncak dari sumber pertama akan tiba di titik b
dua kali lebih awal dari pada puncak dari sumber kedua yang
memancar bersamaan dari sumber satu dan sumber dua. Ketika
dua puncak gelombang tiba bersamaan pada suatu titik
(disebut sefase) maka amplitudo pada titik tersebut akan menjadi
dua kali semula sebagai akibat dari interferensi dari kedua
gelombang yang datang. Interferensi yang terjadi ketika kedua
amplitudo ini saling menguatkan disebut dengan interferensi
konstruktif. Misalkan jarak dari sumber pertama ke titik b disebut
dengan r1 dan jarak dari sumber kedua ke titik b disebut dengan r2
maka agar terjadi interferensi konstruktif selisih jarak kedua
sumber ini harus kelipatan bilangan bulat dari panjang
gelombangnya (λ). Secara matematis hubungan ini dapat
ditulis
r2 – r1 = mλ → ( m = 0, ± 1, ± 2, ±3, ... )
... (2)
Agak sedikit berbeda jika kita melihat gambar 3c, selisih dari jarak
sumber pertama ke titik c (r1) dengan jarak dari sumber
kedua ke titik c (r2) adalah -2,50 λ, yang mana merupakan
kelipatan setengah dari panjang gelombangnya. Ketika sebuah puncak
gelombang (amplitudo positif) dari sumber 1 tiba di titik c, pada
saat yang bersama dari sumber ke dua yang datang adalah lembah
gelombang (amplitudo negatif), sehingga terjadi interferensi dari
puncak dan lembah gelombang yang mengakibatkan keduanya saling
melemahkan dan amplitudo di titik c sama dengan nol. Interferensi
yang terjadi ketika kedua amplitudo saling melemahkan disebut dengan
interferensi destruktif. Dengan kata lain interferensi destruktif
akan terjadi jika selisih jarak kedua sumber ke suatu titik harus
kelipatan dari setengah panjang gelombangnya (λ). secara matematis
dapat ditulis
r2 – r1 = (m + ½) λ → ( m = 0, ± 1, ± 2, ±3, ... ) ...
(3)
Interferensi konstruktif dan destruktif juga terjadi pada gelombang
cahaya sehingga terjadi pola pita gelap terang pada layar seperti
ditunjukkan gambar berikut.
Gambar 4. Pola gelap terang percobaan interferensi celah ganda
Young yang tertangkap pada layar
(sumber : University Physics with Modern Physics)
Pola terang menandakan terjadinya interferensi konstruktif pada
titik tersebut, sedangkan pola gelap menandakan terjadinya
interferensi destruktif pada titik tersebut. Dengan mensubstitusikan
persamaan (1) ke persamaan (2) kita akan mendapatkan persamaan saat
terjadi pita terang (interferensi konstruktif) sebagai berikut.
Sedangkan jika kita mensubstitusikan persamaan (1) ke persamaan (3),
kita akan mendapatkan persamaan saat terjadi pita gelap (interferensi
destruktif) sebagai berikut
perhatikan kembali gambar 2a dan gambar 4, terdapat persamaan bahwa
bagian tengah dari pola tersebut terlihat paling terang, pola ini
kita sebut sebagai terang pusat jarak dari pita terang atau gelap ke
terang pusat adalah y (gambar 2b). berdasarkan gambar 2b kita dapat
menuliskan bahwa
tan θ = y/R ... (6)
Karena jarak pola pita ke terang pusat (y) jauh lebih kecil daripada
jarak dari celah ke layar (R) maka sudut θ yang terbentuk sangat
kecil, sehingga nilai tan θ ≈ sin θ, sehingga persamaan (6) dapat
kita tulis
sin θ = y/R ... (7)
Dengan mensubstitusikan persamaan (7) ke persamaan (4) dan (5) kita
dapatkan persamaan baru yakni.
untuk pola pita terang, danuntuk pola pita gelap.
persamaan-persamaan di atas adalah untuk menentukan jarak dari pita terang atau gelap ke terang pusat, bagaimana jika yang ditanyakan di soal adalah jarak antar pita terang, jarak antar pita gelap, atau jarak pita ke n sampai ke m? untuk itu silahkan di baca konsep tambahan tentang materi ini yakni terkait dengan frinji pada interferensi celah ganda (gelombang cahaya)
Demikian uraian singkat tentang interferensi
gelombang cahaya, semoga dapat membantu para pembaca dalam memahami
materi ini. Untuk lebih memahami materi ini silahkan dilihat Latihan Soal Interferensi Cahaya Celah Ganda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar