Cookie Consent by Official Cookie Consent FISIKA | Filosofi berselimut matematika
Selasa, 02 November 2021
no image

GALLERY

Iseng-iseng buat desain yang terinspirasi dari konsep-konsep materi pelajaran, seperti konsep fisika, kimia, biologi, dll. Disini karena saya tidak mempunyai tukang sablon maka desain-desain tersebut



Adwood Machine (Image)

Physics Equation

Simple Pendulum


Free Fall Motion

Density is Love

Newton Second’ law (T1)


DNA

Phi Number

Prinsip Aufbau

Saya mengupload gambar-gambar tersebut di situs POD (Print On Demand), karena saya tidak memiliki tukang sablon. jadi untuk urusan produksi akan di tangani oleh situs tersebut. berikut link toko saya di situs tersebut :
Ciptaloka : Lshirt
TeePublic : hakim91
Rabu, 15 September 2021
Induksi Elektromagnetik | Soal dan Pembahasan (Fisika Kelas 12 - part 1)

Induksi Elektromagnetik | Soal dan Pembahasan (Fisika Kelas 12 - part 1)

Induksi elektromagnetik merupakan salah satu materi yang ada di kelas 12 semester 1, materi ini sebenarnya tidak terlalu sulit untuk dipahami karena berkaitan dengan kehidupan sehari – hari sehingga dapat diilustrasikan. Untuk materi induksi elektromagnetik nanti akan saya tulis, ditunggu ya. Pada kesempatan kali ini saya akan membahas beberapa soal tentang induksi elektromagnetik yang disertai dengan pembahasan dan tips untuk mengerjakan soal. Soal latihan ini saya tulis menjadi 2 bagian dan ini adalah soal dan pembahasan induksi elektromagnetik bagian 1, selamat menikmati.

Soal nomor 1

Sebuah bidang limas dengan, yang ukuran rusuk seperti tampak pada gambar berikut. Diletakkan dalam suatu medan magnet homogen.
Induksi Elektromagnetik | Soal dan Pembahasan (Fisika Kelas 12 - part 1)
Besar induksi magnetik 0,25 T dan berarah ke sumbu Y+. Fluks magnetik melalui sisi PQRS adalah ....
A. 0,10 Wb
B. 0,12 Wb
C. 0,15 Wb
D. 0,50 Wb
E. 0,60 Wb
Kunci jawaban: "B"
pembahasan soal nomor 1:
Berdasarkan soal dapat diketahui
B = 0,25 T
A = 1,6 x 0,5 = 0,8 m2
Untuk mempermudah mengerjakan perhatikan gambar berikut
Induksi Elektromagnetik | Soal dan Pembahasan (Fisika Kelas 12 - part 1)

Berdasarkan gambar di atas, kita dapat mengetahui bahwa sudut yang dibentuk oleh medan magnet dengan garis normal sebesar α, dengan nilai cos α = 0,3/0,5 = 0,6. Sehingga secara matematis kita dapat menuliskan besar fluks magnetiknya sebesar
Φ = B . A . cos α
Φ = 0,25 . 0,8 . 0,6
Φ = 0,12 Wb

Soal nomor 2

perhatikan gambar berikut!
Induksi Elektromagnetik | Soal dan Pembahasan (Fisika Kelas 12 - part 1)
Suatu batang logam netral bergerak dengan kecepatan v ke kiri melewati daerah bermedan magnetik seragam B dengan arah keluar bidang kertas. Gambar yang paling tepat melukiskan distribusi muatan pada permukaan batang logam adalah
Induksi Elektromagnetik | Soal dan Pembahasan (Fisika Kelas 12 - part 1)
Kunci jawaban: "D"
pembahasan soal nomor 2:
Berlaku kaidah tangan kanan dengan aturan
Ibu jari sebagai arah kecepatan “v”
Jari telunjuk sebagai arah medan magnet “B”
Jari tengah sebagai arah arus listrik “i” Sehingga pada batang logam akan mengalir arus dari bawah ke atas, maka bagian bawah batang potensialnya lebih tinggi (+) dan bagian atas logam potensialnya lebih rendah (-)

Soal nomor 3

Sebuah pesawat terbang kecil dengan panjang sayap 10 m, terbang secara mendatar ke arah utara pada kelajuan 60 m/s dalam suatu daerah dengan medan magnetik bumi 50 μT berarah 600 ke bawah terhadap arah mendatar (tanah). Besar GGL induksi antara ujung-ujung sayap adalah ....
A. 50 mV
B. 44 mV
C. 37 mV
D. 31 mV
E. 26 mV
Kunci jawaban: "E"
pembahasan soal nomor 3:
Berdasarkan soal dapat diketahui
l = 10 m
v = 60 m/s
B = 50 μT = 50 x 10-6 T
θ = 600
ε ... ?
untuk menyelesaikan soal di atas kita dapat menggunakan persamaan
ε = B l v sin θ
ε = 50 x 10-6 . 10 . 60 . sin 600
ε = 3 x 10-2 . 0,87
ε = 2,61 x 10-2 V
ε = 0,26 mV

Soal nomor 4

Perhatikan hal-hal berikut    
1) Menjaga suatu arus stabil pada kumparan lain yang posisinya tetap dengan kumparan A
2) Memutuskan arus dalam kumparan lainnya yang posisinya tetap di dekat kumparan A
3) Dengan cepat menggerakkan sebuah magnet ke dalam kumparan A
4) Dengan cepat menggerakkan sebuah magnet ke dalam dan keluar kumparan A
Saat terjadi secara terpisah, yang dapat menghasilkan GGL induksi pada kumparan A dengan posisi tetap ditunjukkan oleh nomor ....
A. 1)
B. 3)
C. 1) dan 3)
D. 2), 3), dan 4)
E. 1), 2), 3) dan 4)
Kunci jawaban: "D"
pembahasan soal nomor 4:
Secara proses timbulnya GGL induksi dapat digambarkan sebagai berikut
Perubahan medan magnet → perubahan fluks magnet → GGL Induksi
Perubahan medan magnet dapat terjadi dengan dua cara
  1. Menggerakkan kumparan di sekitar magnet atau sebaliknya (ada kecepatan)
  2. Mengubah besarnya arus listrik (bisa menggunakan arus AC atau memutus hubungkan dengan sumber arus)
Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang dapat menghasilkan GGL induksi pada kumparan A adalah pernyataan nomor 2), 3) dan 4)

Soal nomor 5

Pada gambar berikut, kumparan 1 sedang digerakkan menuju kumparan 2.
Induksi Elektromagnetik | Soal dan Pembahasan (Fisika Kelas 12 - part 1)
Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut.
1) Kelajuan kumparan 1 ditingkatkan
2) Banyak lilitan kumparan 1 ditingkatkan
3) Baterai yang dihubungkan ke kumparan 1 diganti dengan baterai yang GGL-nya lebih tinggi
4) Hambatan ditambah

Perubahan yang akan meningkatkan arus induksi dalam kumparan 2 ditunjukkan oleh pernyataan nomor....
A. 4)
B. 1) dan 4)
C. 2) dan 3)
D. 1), 2), dan 3)
E. 1), 2), 3), dan 4)
Kunci jawaban: "D"
pembahasan soal nomor 5:
Proses timbulnya arus listrik induksi dapat digambarkan sebagai berikut
Perubahan medan magnet → perubahan fluks magnet → GGL Induksi → arus induksi
Peningkatan arus induksi dapat terjadi jika GGL induksinya juga meningkat, sesuai dengan persamaan
ε = NBAω
sehingga GGL induksi sebanding dengan
N = jumlah lilitan
B = medan magnet
A = Luas penampang
ω = kecepatan sudut

maka untuk meningkatkan arus induksi (meningkatkan GGL induksi) sesuai dengan pernyataan 1), 2), dan 3)

Soal nomor 6

Suatu medan magnetik seragam B yang tegak lurus bidang kertas melewati loop, seperti ditunjukkan gambar di samping. Medan magnetik berada dalam suatu jari-jari a dengan a < b dan berubah pada laju tetap. jika GGL induksi dalam loop kawat jari-jari b adalah ε, GGL induksi dalam loop kawat jari-jari 2b adalah ....
Induksi Elektromagnetik | Soal dan Pembahasan (Fisika Kelas 12 - part 1)

A. Nol
B. ε/2
C. ε
D. 2ε
E. 4ε
Kunci jawaban: "E"
pembahasan soal nomor 6:
Berdasarkan soal dapat diketahui
r1 = b
r2 = 2b
ε1 = ε
ε2 ... ?
berdasarkan persamaan
ε = NBAω
kita dapat mengetahui bahwa GGL induksi sebanding dengan luas penampang, sehingga kita dapat menuliskan persamaan perbandingannya sebagai berikut
Induksi Elektromagnetik | Soal dan Pembahasan (Fisika Kelas 12 - part 1)

Soal nomor 7

Dua kumparan P dan Q dililitkan pada suatu inti besi lunak seperti ditunjukkan pada gambar. sakelar K mula-mula terbuka dan kemudian tertutup
Induksi Elektromagnetik | Soal dan Pembahasan (Fisika Kelas 12 - part 1)
Pernyataan yang benar mengenai rangkaian dengan kumparan Q setelah sakelar K ditutup adalah ....
A. Arus akan mengalir sesaat dari X ke Y melalui G
B. Arus akan mengalir sesaat dari Y ke X melalui G
C. Arus tetap akan mengalir sesaat dari X ke Y melalui G
D. Arus tetap akan mengalir sesaat dari Y ke X melalui G
E. Tidak akan ada arus mengalir di G
Kunci jawaban: "B"
pembahasan soal nomor 7:
Ketika sakelar K ditutup, maka arah arus dan induksi yang terjadi dapat digambarkan sebagai berikut
Induksi Elektromagnetik | Soal dan Pembahasan (Fisika Kelas 12 - part 1)

Untuk menentukan arah fluks (utama dan induksi) dan arah arus induksi dapat menggunakan kaidah tangan kanan, dimana
  1. 4 jari melingkar sebagai arah arus
  2. Ibu jari menunjukkan arah fluks magnetnya
Sehingga arus akan mengalir pada galvanometer, tapi ingat fluks utama hanya akan muncul jika ada perubahan arus listrik (ketika sakelar ditutup) jika kemudian sakelar dibiarkan tertutup maka tidak ada arus fluks utama yang muncul sehingga tidak ada fluks induksi dan arus listrik induksi. oleh sebab itu arus induksi hanya muncul sesaat saja.

Soal nomor 8

Sebuah solenoide dengan 200 lilitan dan luas penampang 0,7 cm2 memiliki medan magnetik 0,80 T sepanjang porosnya. Jika medan magnetik dikurung dalam solenoide dan berubah pada laju 0,30 T/s. besar beda potensial dalam solenoida akan menjadi adalah ....
A. 0,18 V
B. 0,24 V
C. 0,48 V
D. 4,8 V
E. 7,2 V
Kunci jawaban: "D"
pembahasan soal nomor 8:
Berdasarkan soal dapat diketahui
N = 200 lilitan
A = 0,7 cm2 = 7 x 10-5 m2
dB/dt = 0,30 T/s
ε ... ?
Induksi Elektromagnetik | Soal dan Pembahasan (Fisika Kelas 12 - part 1)

Soal nomor 9

Sebuah loop bidang terdiri atas empat lilitan kawat, masing-masing luasnya 300 cm2. Diarahkan tegak lurus suatu daerah medan magnetik yang besarnya bertambah secara tetap dari 10 mT menjadi 25 mT dalam waktu 5 ms. Arus induksi yang dibangkitkan dalam kumparan sebesar 72 mA, jika hambatan kumparan adalah ....
A. 5 Ω
B. 7,5 Ω
C. 10 Ω
D. 12,5 Ω
E. 15 Ω
Kunci jawaban: "A"
pembahasan soal nomor 9:
Berdasarkan soal dapat diketahui
A = 300 cm2 = 3 x 10-2 m2
N = 4
ΔB = 25 – 10
ΔB = 15 mT = 15 x 10-3 T
Δt = 5 ms = 5 x 10-3 s
I = 72 mA = 72 x 10-3 A
R ... ?
Menentukan GGL Induksi
ε = NA ΔB/Δt
ε = 4 . 3 x 10-2 (15 x 10-3 / 5 x 10-3)
ε = 36 x 10-2 V
Menentukan nilai hambatan
R = ε/I
R = 36 x 10-2 / 72 x 10-3
R = 5 Ω

Soal nomor 10

Sebuah kawat melingkar dengan hambatan 9 Ω diletakkan dalam fluks magnetik yang berubah terhadap waktu, dinyatakan dengan Φ = (3t – 5)2 . arus yang mengalir dalam kawat pada t = 4 s adalah ....
A. 4,7 A
B. 8 A
C. 18 A
D. 30 A
E. 42 A
Kunci jawaban: "A"
pembahasan soal nomor 10:
Berdasarkan soal dapat diketahui
N = 1
R = 9 Ω
Φ = (3t – 5)2
t = 4 s
I ... ?
Menentukan GGL Induksi
Induksi Elektromagnetik | Soal dan Pembahasan (Fisika Kelas 12 - part 1)

Menentukan arus induksi
R = ε/I
R = 42/9
R = 4,7 Ω

Soal nomor 11

Sebuah kumparan mempunyai induktansi 700 mH. besara GGL induksi yang dibangkitkan dalam kumparan itu jika ada perubahan arus listrik dari 300 mA menjadi 60 mA dalam waktu 0,02 sekon secara beraturan adalah ....
A. 2,8 V
B. 4,2 V
C. 4,8 V
D. 6,4 V
E. 8,4 V
Kunci jawaban: "E"
pembahasan soal nomor 11:
Berdasarkan soal dapat diketahui
L = 700 mH = 7 x 10-1 H
Δi = 300 – 60
Δi = 240 mA = 24 x 10-2 A
Δt = 0,02 s = 2 x 10-2 s
ε ... ?
ε = L Δi/Δt
ε = 7 x 10-1 (24 x 10-2 / 2 x 10-2)
ε = 7 x 10-1 . 12
ε = 8,4 V

Soal nomor 12

Pada sebuah kumparan mengalir arus dengan persamaan I = sin πt. Jika koefisien induksi diri kumparan 8 H. GGL induksi dari yang terjadi dalam kumparan tersebut sesudah selang waktu 1/3 detik adalah ....
A. ¼π volt
B. 1/5π volt
C. ½π volt
D. 2π volt
E. 4π volt
Kunci jawaban: "E"
pembahasan soal nomor 12:
Berdasarkan soal dapat diketahui
I = sin πt
L = 8 H
t = 1/3 s
ε ... ?
Induksi Elektromagnetik | Soal dan Pembahasan (Fisika Kelas 12 - part 1)

Soal nomor 13

Sebuah generator menghasilkan GGL maksimum 12 V ketika kumparan berputar pada 750 rpm (rpm = rotasi per menit). GGL maksimum generator ketika kumparan berputar 2.250 rpm adalah ....
A. 4 V
B. 12 V
C. 18 V
D. 27 V
E. 36 V
Kunci jawaban: "E"
pembahasan soal nomor 13:
Berdasarkan soal dapat diketahui
ε1 = 12 V
ω1 = 750 rpm
ω2 = 2.250 rpm
ε2 ... ?
hubungan antara GGL induksi dengan kecepatan sudut dapat terlihat pada persamaan ini
ε = NBAω
berdasarkan persamaan di atas, kita dapat mengetahui bahwa GGL induksi sebanding dengan kecepatan sudut, sehingga kita dapat menuliskan persamaan perbandingannya sebagai berikut
Induksi Elektromagnetik | Soal dan Pembahasan (Fisika Kelas 12 - part 1)

Soal nomor 14

Sebuah trafo step-up mengubah tegangan 20 V menjadi 160 V. jika efisiensi trafo itu 75% dan kumparan sekundernya dihubungkan ke lampu 160 V, 60 W, kuat arus dalam kumparan primernya adalah ....
A. 8 A
B. 6 A
C. 4 A
D. 3 A
E. 2 A
Kunci jawaban: "C"
pembahasan soal nomor 14:
Berdasarkan soal kita dapat mengetahui
VP = 20 V
VS = 160 V
η = 75%
VL = 160 V
PL = 60 W
IP ... ?
Jika kita melihat spesifikasi lampu, maka tegangan sekunder yang dikeluarkan oleh trafo sesuai untuk menyalakan lampu dengan optimal dengan kuat arus yang mengalir pada lampu adalah
P = V . I
60 = 160 . I
3/8 A = I
Arus yang mengalir pada lampu tersebut sama dengan arus sekunder yang dihasilkan oleh trafo. Sehingga kita dapat menentukan besar arus primernya dengan persamaan
Induksi Elektromagnetik | Soal dan Pembahasan (Fisika Kelas 12 - part 1)

Soal nomor 15

Sepuluh lampu 12 V/20 W terhubung paralel dengan kumparan sekunder suatu trafo step-down dengan kumparan primernya terhubung dengan sumber daya PLN 200 V. jika besar arus primer yang dapat diambil dari sumber daya PLN adalah 5/4 A, besar efisiensi trafo itu adalah ....
A. 30 %
B. 50 %
C. 75 %
D. 80 %
E. 90 %
Kunci jawaban: "D"
pembahasan soal nomor 15:
Berdasarkan soal kita dapat mengetahui
n = 10 buah
VL = 12 V
PL = 20 W
VP = 200 V
IP = 5/4 A
η ... ?
kita anggap bahwa semua lampu bekerja dengan optimal
Tegangan yang diterima oleh lampu sama dengan tegangan sekunder trafo yakni
VS = 12 V
Setiap lampu akan mendapat tegangan 12 V dengan kuat arus yang mengalir di lampu adalah
PL = VL . IL
20 = 12 . IL
5/3 A = IL
Untuk 10 buah lampu sejenis yang dirangkai paralel, besar kuat arus total dalam rangkaian adalah
Itot = 5/3 . 10
Itot = 50/3 A
Besar arus total ini sama dengan besar arus yang dihasilkan oleh trafo atau arus sekundernya. Efisiensi trafo dapat ditentukan dengan persamaan
Induksi Elektromagnetik | Soal dan Pembahasan (Fisika Kelas 12 - part 1)
Senin, 02 Agustus 2021
Hukum Hooke | Materi fisika kelas 11

Hukum Hooke | Materi fisika kelas 11

Hukum Hooke | Materi fisika kelas 11

Sebuah pegas ketika diberikan gaya (ditarik atau ditekan) akan kembali ke keadaan awal sesaat setelah gaya tersebut dihilangkan, hal yang sama juga berlaku untuk benda – benda yang bersifat elastis dan keadaan ini berlaku selama masih pada daerah elastis. Berdasarkan fenomena ini pada tahun 1976, seorang fisikawan bernama Robert Hooke mengemukakan hukum Hooke yang menyatakan bahwa “besarnya gaya yang diperlukan untuk meregangkan atau merapatkan sebuah pegas (gaya pegas) sama besar dengan besarnya gaya yang digunakan untuk meregangkan atau merapatkan pegas tersebut sejaub x”. Secara matematis hukum Hooke dapat ditulis

Hukum Hooke | Materi fisika kelas 11
Keterangan :
Fp = gaya pegas (N)
k = Konstanta pegas (N/m)
x = perubahan panjang pegas (m)

konstanta pegas merupakan suatu nilai yang bergantung dari jenis pegas yang digunakan, konstanta pegas ini berbanding terbalik dengan perubahan panjang pegas secara matematis dapat dijelaskan bahwa semakin besar konstanta pegas berbanding terbalik dengan perubahan panjang pegas. Hal ini juga mengandung makna bahwa semakin besar konstanta pegas maka benda semakin susah untuk berubah panjangnya atau dibutuhkan gaya yang lebih besar ketika ingin mengubah panjang pegas atau dapat pula dikatakan bahwa pegas tersebut semakin bersifat tidak elastis.
Tanda negatif menunjukkan bahwa gaya pegas arahnya selalu berlawanan dengan arah perpindahannya dari titik kesetimbangan, gaya pegas juga berfungsi untuk memulihkan panjang pegas kembali ke bentuk semula, oleh karena itu gaya pegas sering juga disebut dengan gaya pemulih.
Penting
Beberapa buku menuliskan rumus di atas tanpa tanda negatif (F = kΔx), hal ini dikarenakan gaya yang dimaksud pada persamaan tersebut bukan gaya pegas akan tetapi gaya luar yang dikerjakan pada pegas tersebut. Antara gaya pegas dan gaya luar yang dikerjakan ini memang besarnya sama akan tetapi arahnya berlawanan jadi jangan sampai bingung ketika melihat kedua rumus tersebut.

Hukum Hooke | Materi fisika kelas 11
Gambar 6. Ilustrasi gaya pegas atau gaya pemulih
(sumber: Principle of Physics)

Perhatikan sebuah benda yang terhubung dengan sebuah pegas dengan salah satu ujungnya menempel di tembok, ketika balok bergerak ke kanan (x < 0) dan menarik pegas (gambar 6a) sehingga pegas menjadi lebih panjang maka arah gaya pegas akan ke kiri. Ketika balok berada pada titik kesetimbangan (gambar 6b) gaya pegas bernilai nol (x = 0), dan ketika balok bergerak ke kiri (x < 0) menekan pegas (gambar 6c) sehingga pegas menjadi lebih pendek maka gaya pegas memiliki arah ke kanan. Sehingga dari hasil mengamati gambar tersebut kita mengetahui bahwa gaya pegas berfungsi untuk mengembalikan pegas ke posisi awalnya atau posisi kesetimbangan. Hubungan antara gaya pegas dan perubahan panjang dapat pula dilihat dari grafik di bawah ini.

Hukum Hooke | Materi fisika kelas 11
Gambar 7. (a) grafik hubungan antara gaya pegas dengan perubahan panjang pegas, (b) grafik hubungan antara gaya F dengan perubahan panjang pegas, (s) grafik hubungan antara gaya F dengan perubahan panjang pegas untuk beberapa pegas

Perhatikan gambar di atas, gambar 7a menunjukkan hubungan antara gaya pegas dengan perubahan panjang pegas, ketika perubahan panjang pegas bernilai negatif (x < 0 ) maka gaya pegas bernilai positif (Fp > 0) sedangkan ketika perubahan panjang pegas bernilai positif (x > 0) maka gaya pegas bernilai negatif (Fp < 0), nilai perubahan panjang pegas berlawanan dengan nilai gaya pegas hal ini sesuai dengan persamaan di atas dengan tanda minus (-). Gambar 7b sedikit berbeda dengan gambar 7a yakni terletak gaya yang digambarkan, pada grafik 7a gaya yang digambarkan dalam grafik merupakan gaya pegas (gaya pemulih) sedangkan pada grafik 7b gaya yang digambarkan dalam grafik merupakan gaya yang dikerjakan pada pegas yang sesuai dengan persamaan F = kx (tanpa tanda minus) sehingga terlihat bahwa gaya sebanding dengan perubahan panjang pegas, semakin besar gaya yang bekerja maka semakin besar pula perubahan panjang pegasnya. Jika kita analisis lebih lanjut grafik pada gambar 7b merupakan grafik berbentuk garis lurus (linier) yang mana secara matematis memiliki persamaan umum y = mx dimana m merupakan gradien dari grafik tersebut, apabila kita hubungkan antara persamaan garis lurus ini dengan persamaan hukum hooke maka
y = mx → F = kx
kedua persamaan di atas menunjukkan adanya kesesuaian dimana gaya F dianalogikan sebagai sumbu y, perubahan panjang pegas x dianalogikan sebagai sumbu x dan konstanta pegas k dianalogikan sebagai gradien grafik m. Grafik 7c menunjukkan grafik hubungan antara gaya yang bekerja dengan perubahan panjang untuk empat buah pegas, terlihat bahwa perbedaan dari semua grafik tersebut terletak pada kemiringannya (atau gradien), sehingga dengan menggunakan analisis gradien seperti di atas kita dapat mengatakan bahwa semakin curam grafiknya (gradiennya semakin besar) maka nilai konstanta pegasnya juga semakin besar yang artinya pegas tersebut semakin tidak elastis, begitu pula sebaliknya semakin landai grafiknya (gradien semakin kecil) maka nilai konstanta pegasnya semakin kecil yang artinya pegas tersebut semakin bersifat elastis. Jadi jika diurutkan berdasarkan nilai konstanta pegasnya dari terbesar ke terkecil maka k1 > k2 > k3 > k4.

Hubungan antara hukum Hooke dengan Modulus Young


Pada dasarnya baik hukum Hooke dan modulus Young sama-sama berkaitan dengan sifat elastisitas benda, tetapan pegas k berlaku untuk benda – benda elastis yang masih di daerah elastisnya (perhatikan kembali grafik hubungan antara tegangan dan regangan). persamaan hukum Hooke dan persamaan modulus Young memiliki hubungan yang saling berkaitan, jika kita telaah kembali persamaan pada modulus Young dapat kita tulis
Hukum Hooke | Materi fisika kelas 11
Berdasarkan kedua persamaan di atas, maka kita dapat menuliskan persamaan untuk konstanta pegas adalah sebagai berikut
Hukum Hooke | Materi fisika kelas 11
Keterangan :
k = konstanta pegas (N/m)
L = panjang benda (m)
E = Modulus Young (N/m2)
A = luas penampang (m2)
(luas penampang umumnya A = πr2 , dimana r adalah jari-jari)

Hukum Hooke pada susunan pegas

Susunan pegas seri

Hukum Hooke | Materi fisika kelas 11
Susunan pegas seri tampak seperti di atas dimana dua buah pegas yang masing-masing memiliki konstanta pegas k1 dan k2 disusun secara memanjang dengan satu sisinya saling bartauan (gambar kiri) memiliki konstanta yang identik dengan sebuah pegas dengan konstanta pegas sebesar ks (nilai ini disebut dengan konstanta pengganti), karakteristik dari pegas yang dirangkai secara seri adalah
  1. Gaya total yang bekerja pada sistem sama dengan Gaya yang bekerja pada masing – masing pegas
  2. Ftot = F1 = F2 = ... = Fn
  3. Pertambahan panjang total sistem pegas adalah hasil penjumlahan pertambahan panjang masing – masing pegas
  4. xtot = x1 + x2 + ... + xn
  5. Konstanta pengganti susunan seri pegas (ks) dapat ditentukan dengan cara
  6. Hukum Hooke | Materi fisika kelas 11
khusus dua pegas identik yang dirangkai seri untuk menentukan konstanta penggantinya, persamaan di atas dapat ditulis
Hukum Hooke | Materi fisika kelas 11
khusus untuk "n" buah pegas identik dirangkai seri, dalam menentukan konstanta penggantinya persamaan di atas dapat ditulis
Hukum Hooke | Materi fisika kelas 11
Dimana “n” adalah jumlah pegas yang dirangkai seri

Susunan pegas paralel

Hukum Hooke | Materi fisika kelas 11

Susunan pegas paralel tampak seperti di atas dimana dua buah pegas yang masing-masing memiliki konstanta pegas k1 dan k2 disusun secara sejajar dengan kedua sisinya saling bartauan (gambar kiri) memiliki konstanta yang identik dengan sebuah pegas dengan konstanta pegas sebesar kp (nilai ini disebut dengan konstanta pengganti), karakteristik dari pegas yang dirangkai secara paralel adalah
  1. gaya total yang bekerja pada sistem merupakan hasil penjumlahan dari gaya yang bekerja pada masing – masing pegas
  2. Ftot = F1 + F2 + ... + Fn
  3. pertambahan panjang pegas total sistem sama dengan pertambahan panjang masing – masing pegas
  4. xtot = x1 = x2 = ... = xn
  5. Konstanta pengganti susunan paralel pegas (kp) dapat ditentukan dengan cara
  6. Hukum Hooke | Materi fisika kelas 11
Khusus untuk "n" buah pegas identik disusun paralel maka untuk menentukan konstanta pegas penggantinya persamaan di atas dapat ditulis
Hukum Hooke | Materi fisika kelas 11
Dengan “n” sama dengan jumlah pegas yang disusun paralel

Penting
Perhatikan kembali karakteristik antara susunan pegas secara seri dan paralel ternyata memiliki karakteristik yang saling berlawanan, jika pada susunan pegas seri gaya totalnya sama dengan gaya pada masing – masing pegas, maka pada susunan pegas paralel pertambahan panjang pegas totalnya yang sama dengan pertambahan panjang pada masing – masing pegas. Untuk lebih memahami materi ini silahkan dilihat latihan soal tentang elastisitas

Jumat, 23 Juli 2021
Elastisitas | Materi Fisika Kelas 11

Elastisitas | Materi Fisika Kelas 11

Elastisitas | Materi Fisika Kelas 11

ketika kita menarik karet atau melihat pegas yang ditekan, keduanya akan kembali ke bentuk semula ketika tarikan pada karet dilepaskan atau tekanan pada pegas dilepaskan. Kemampuan suatu benda untuk kembali ke bentuk awalnya segera setelah gaya luar yang diberikan dihilangkan disebut dengan elastisitas atau sifat elastis bendanya disebut dengan benda elastis. Semakin elastis suatu benda maka kecepatan benda tersebut kembali ke bentuk semula akan semakin cepat, akan tetapi pada kondisi tertentu benda – benda tersebut tidak mampu kembali ke bentuknya meskipun gaya luar yang dikerjakan sudah dihilangkan.

Berbeda dengan pada karet atau pegas, jika kita memberikan gaya kepada plastisin, maka plastisin tidak dapat segera kembali ke bentuk semula. Benda – benda yang seperti ini disebut dengan benda tidak elastis atau benda plastis. Baik benda elastis maupun benda plastis sama – sama memiliki fungsi dan kegunaan tersendiri, Pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang elastisitas suatu benda, faktor – faktor yang mempengaruhinya, kapan benda tersebut tidak dapat kembali ke bentuk semula (tidak elastis lagi). Untuk itu silahkan melanjutkan pembahasan singkat di bawah ini.

Kamis, 15 Juli 2021
Analisis DImensi | Materi Fisika kelas 10

Analisis DImensi | Materi Fisika kelas 10

Analisis Dimensi

Seperti yang telah dijelaskan pada bagian besaran dan satuan sebelumnya, bahwa besaran turunan memiliki lebih dari satu satuan yang terbentuk dari dua atau lebih besaran pokok. Satuan – satuan ini menunjukkan faktor penyusun dari suatu besaran turunan tersebut, permasalahannya adalah terkadang satuan yang digunakan di suatu negara tidak sama dengan negara lain sehingga diperlukan sebuah acuan standar untuk mengetahui faktor-faktor dari penyusun suatu besaran turunan. Berdasarkan hal tersebut dibuatlah sebuah cara untuk melihat faktor – faktor untuk menyatakan suatu besaran turunan yang disebut Dimensi. Jadi dengan analisis dimensi kita bisa langsung mengetahui kombinasi besaran-besaran pokok yang menyusun besaran turunan. Dalam penulisan dimensi suatu besaran X misalnya, kita harus meletakkannya di dalam tanda kurung persegi seperti berikut [X]. Dimensi untuk ketujuh besaran pokok dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 5. Dimensi besaran-besaran pokok
Jumat, 09 Juli 2021
Notasi Ilmiah | Materi Fisika Kelas 10

Notasi Ilmiah | Materi Fisika Kelas 10

Notasi Ilmiah

Dalam mempelajari fisika, ke depannya kita akan sering sekali berinteraksi dengan bilangan – bilangan yang sangat besar atau sangat kecil misalkan konstanta planck, jarak bumi ke matahari, massa elektron, ataupun jari-jari atom. Jika kita menuliskan bilangan tersebut secara langsung maka akan terlalu panjang dan mengalami kesulitan, oleh karena ini disusunlah suatu cara penulisan yang disebut dengan Notasi ilmiah. Notasi ilmiah merupakan salah satu cara penulisan bilangan secara ilmiah, yang mana akan memudahkan kita dalam penulisan bilangan yang sangat besar atau sangat kecil.
Penulisan notasi ilmiah sering juga disebut dengan penulisan menggunakan bilangan 10 pangkat, karena akan menggunakan faktor pengali 10 pangkat dan dalam penulisannya bilangan pokoknya terletak antara 1 sampai 9,9999. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut.
Selasa, 06 Juli 2021
Materi Fisika | Besaran dan Satuan

Materi Fisika | Besaran dan Satuan

Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang mempelajari tentang gejala – gejala alam yang ada di sekitar kita. Dalam rangka mempelajari gejala – gejala alam tersebut, fisika menggunakan metode eksperimen dan perhitungan matematis. Objek pengamatan fisika diidentifikasi dengan menggunakan angka – angka dari suatu fenomena alam yang terjadi kemudian dikembangkan sehingga tercipta sebuah teori yang dapat digunakan untuk memprediksi hasil suatu eksperimen. Teori – teori fisika biasanya diekspresikan dalam bahasa matematis yang sering kita sebut dengan “rumus atau persamaan matematis”, yang mana rumus tersebut akan menghubungkan antara teori dengan eksperimen sehingga menjadi dasar ketika akan dikembangkan di masa yang akan datang.
Dalam melakukan eksperimen, kita membutuhkan suatu ukuran dan angka untuk mendeskripsikan ukuran tersebut, oleh karena itu dalam fisika dikenal suatu istilah yakni besaran dan satuan. Keduanya ini merupakan suatu konsep yang penting ketika mempelajari fenomena – fenomena yang terjadi di sekitar dan di dalam ilmu fisika untuk menganalisis suatu permasalahan tidak dapat dipisahkan dari besaran dan satuan.

Senin, 07 Juni 2021
Latihan soal dan pembahasan | Kalor (Fisika kelas 7)

Latihan soal dan pembahasan | Kalor (Fisika kelas 7)

kalor merupakan salah satu materi fisika yang dipelajari di kelas 7 semester 1, agar para pembaca lebih memahami materi tentang kalor, maka disini saya akan membahas beberapa latihan soal yang disertai dengan pembahasannya tentang materi kalor, selamat menikmati

Soal nomor 1

Sebongkah es akan dipanaskan sampai berubah menjadi air yang berwujud cair, selanjutnya air akan berubah menjadi uap yang berwujud gas, jika kalor terus diberikan. Hal tersebut membuktikan bahwa ....
A. Adanya kalor pada benda
B. Kalor dapat mengubah wujud zat
C. Kalor dapat pindah ke benda
D. Adanya perpindahan kalor pada setiap zat
Kamis, 03 Juni 2021
Gerak Parabola | Materi Fisika kelas 10

Gerak Parabola | Materi Fisika kelas 10

Gerak Parabola | Materi Fisika kelas 11
Lintasan kembang api pada jembatan yang berbentuk parabola

Gerak parabola merupakan gerak benda dengan lintasan yang berbentuk parabola, gerak parabola ini termasuk dalam gerak benda pada dua dimensi yang merupakan perpaduan antara gerak lurus beraturan (GLB) dengan gerak lurus berubah beraturan (GLBB). Salah satu contoh gerak parabola dapat dilihat seperti pada gambar di atas, gerak kembang api yang memancar dari atas sebuah jembatan membentuk sebuah lengkungan yang berbentuk parabola. untuk mengetahui lebih lanjut terkait dengan gerak parabola, ikuti penjelasan di bawah ini

Senin, 03 Mei 2021
Penurunan rumus koefisien restitusi (e) | konsep fisika

Penurunan rumus koefisien restitusi (e) | konsep fisika

Dalam materi tentang impuls momentum, kita mengenal sebuah istilah yang disebut dengan “koefisien restitusi” yang mana koefisien restitusi merupakan negatif perbandingan antara kecepatan relatif sesaat sesudah tumbukan dengan kecepatan relatif sesaat sebelum tumbukan pada tumbukan satu dimensi. Selain itu dapat pula di katakan bahwa koefisien restitusi menunjukkan “tingkat terpantul” benda setelah tumbukan, semakin besar koefisien restitusinya maka tingkat terpantulnya juga akan semakin besar jadi kedua benda setelah bertumbukan akan semakin terpantul atau kehilangan energi kinetiknya semakin kecil, sebaliknya semakin kecil koefisien restitusinya maka tingkat terpantul benda setelah tumbukan semakin kecil atau kehilangan energi kinetiknya akan semakin besar. nilai koefisien restitusi terbesar adalah 1 dan terkecil adalah 0, berdasarkan nilai koefisien restitusi ini kita dapat membedakan tumbukan menjadi tiga jenis yakni tumbukan lenting sempurna, tumbukan lenting sebagian, dan tumbukan tidak lenting sama sekali.
Tumbukan lenting sempurna memiliki nilai koefisien restitusi paling besar yaitu bernilai 1 (e = 1) hal ini menunjukkan benda setelah bertumbukan akan saling terpantul dengan maksimal dan tidak ada kehilangan energi kinetik sehingga pada tumbukan lenting sempurna berlaku hukum kekekalan energi kinetik, tumbukan lenting sebagian memiliki nilai koefisien restitusi yang bervariasi antara 0 sampai 1 (0 < e < 1) yang mana pengaruh besar kecilnya koefisien restitusi ini sudah di jelaskan di atas, sedangkan untuk tumbukan tidak lenting sama sekali memiliki nilai koefisien restitusi sama dengan 0 (e = 0) hal ini menunjukkan kedua benda setelah bertumbukan tidak akan terpantul, akan tetapi bergerak bersama – sama. untuk lebih memahami materi tentang tumbukan bisa di baca di sini.

Get new posts by email:
Mode Malam